Al-harfu (huruf) adalah kata yang mempunyai
makna jika bergandengan dengan kata yang lainnya.
Contoh :
Kata مِنْ (dari) tidak akan bermakna atau tidak mempunyai arti jika bersendirian, dari mana?? Maksud dari kata tidak jelas, akan tetapi jika ditambah kata lain seperti مِنْ البَيْتِ (dari rumah), kata menjadi bermakna .
div class="fullpost">
Begitu juga kata في (di dalam), tidak akan bermakna jika tidak ditambah dengan kata yang lainnya. Hal ini berbeda dengan isim dan fi’il yang maknanya bisa kita pahami walaupun tanpa tambahan kata yang lain.
Sehingga, ketika menemukan suatu kata yang maknanya tidak bisa dipahami, maka ketahuilah kata itu merupakan huruf.
Bentuk dan jenis huruf bermacam-macam, ada yang disebut dengan huruf mabani dan ada yang disebut dengan huruf ma’ani.
1. Huruf mabani (حرف مباني)
Adalah huruf-huruf hijaiyah selain huruf ا و ي , karena ketiga huruf tersebut dikatakan sebagai huruf ilat (حرف العلة) atau huruf penyakit.
2. Huruf ma’ani (حرف معاني)
Adalah huruf-huruf yang mempunyai arti
Contoh :
أو atau
و dan
ثُمَّ kemudian
اِذَا ketika
ل milik
Jenis-jenis huruf ma’ani bermacam-macam diantaranya :
a. Huruf jar (حرف جار) yang telah kita bahas pada pelajaran kedua.
b. Huruf qosam (حرف قسم) atau disebut juga huruf sumpah. Huruf qosam ada tiga, yakni و ت ب
Contoh :
وَاللهِ – بِاللهِ – تَاللهِ(demi Allah)
Namun, dari ketiga huruf sumpah di atas, huruf ت hanya boleh digunakan untuk sumpah atas nama Allah ta’ala, adapun huruf yang lainnya boleh digunakan untuk selain nama Allah ta’ala.
c. Huruf athof (حرف العطف)
Adalah huruf yang digunakan untuk menggabungkan dua kata.
Contoh :
و (dan) misal جَاءَ مُحَُّمَدٌ وَ حَسَنَ (Muhammad dan Hasan datang)
أو(atau) misal ضَرَبَ حَسَنٌ كلَْبًا اَوْ قِطًا (Hasan memukul anjing atau kucing)
ثم (kemudian) misal مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ (atas kehendak Allah kemudian kehendakmu)
Dari penjelasan di atas, kita tahu bahwa ada huruf yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan letak dan kedudukan dalam kalimat, seperti huruf و , disisi lain ia bisa sebagai huruf athof dan disisi lain dia bisa menjadi huruf qosam. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari arti atau kontek kalimat yang digunakan.
Masih banyak lagi jenis huruf yang akan disebutkan pada pelajaran berikutnya.
Isim dhomir (اسم ضمير)
Merupakan isim yang digunakan sebagai kata ganti, diantaranya:
هُوَ (dia 1 org lk) هُمَا (dia 2 org lk) هُمْ (mereka lk) لِلْغَائِبِِ (KG 3 LK)
هِيَ (dia 1 org pr) هُمَا (dia 2 org pr) هُنَّ (mereka pr) لِلْغَائِبَةِ (KG 3 PR)
أَ نْتَ (kamu 1 org lk أَنْتُمَا (kamu 2 org lk) أنْتُمْ (kalian lk) لِلْمُخَاطَبِ (KG 2 LK)
أَنْتِ (kamu 1 org pr) أَنْتُمَا (kamu 2 org pr) أَنْتُنَّ (kalian pr)لِلْمُخَاطَبَةِ (KG 2 PR)
أَنَا (saya) نَحْنُ (kami) لِلْمُتَكَلِّمِ (KG1)
Namun, jika isim dhomir bergandengan dengan isim yang lain, maka bentuknya seperti dibawah ini :
ه هُمَا هُمْ لِلْغَائِبِِ
ها هُمَا هُنَّ لِلْغَائِبَةِ
كَ كُمَا كُمْ لِلْمُخَاطَبِ
كِ كُمَا كُنَّ لِلْمُخَاطَبَةِ
ي نا لِلْمُتَكَلِّمِ
Contoh :
رَبُّكَ Tuhanmu
كِتَابِي Kitabku
كِتَابُنَا Kitab Kami
Dari hal ini, ketika berdoa dihadapan orang banyak, seperti doa di akhir khutbah jum’at, hendaknya menggunakan kata نا bukan ي dalam berdoa, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh para khotib, seperti membaca doa
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَي الدِّيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku pada agamamu)
Padahal seharusnya, ketika dibaca dihadapan orang banyak, harus dibaca dengan kalimat
يَ ا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَي الدِّيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami pada agamamu)
Soal latihan
Tentukan isim, fi’il dan huruf dari hadist berikut :
رَأَيْتُ رَجُلَيْنِ يَقُوْمَانِ أَمَامَ الْمَسْجِدِ. ثُمَّ دَخَلَا وَ صَلَّيَا جَالِسَيْنِ. قُلْتُ لَهُمَا بَعْدَ الصَّلَاةِ:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا. وَقَالَ تَعَالَى:إِنّ
أَ كْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ. كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: جُعِلَتْ لِيَ
ا لْأَرْضُ طَهُوْرًا وَ مَسْجِدًا
Contoh :
Kata مِنْ (dari) tidak akan bermakna atau tidak mempunyai arti jika bersendirian, dari mana?? Maksud dari kata tidak jelas, akan tetapi jika ditambah kata lain seperti مِنْ البَيْتِ (dari rumah), kata menjadi bermakna .
div class="fullpost">
Begitu juga kata في (di dalam), tidak akan bermakna jika tidak ditambah dengan kata yang lainnya. Hal ini berbeda dengan isim dan fi’il yang maknanya bisa kita pahami walaupun tanpa tambahan kata yang lain.
Sehingga, ketika menemukan suatu kata yang maknanya tidak bisa dipahami, maka ketahuilah kata itu merupakan huruf.
Bentuk dan jenis huruf bermacam-macam, ada yang disebut dengan huruf mabani dan ada yang disebut dengan huruf ma’ani.
1. Huruf mabani (حرف مباني)
Adalah huruf-huruf hijaiyah selain huruf ا و ي , karena ketiga huruf tersebut dikatakan sebagai huruf ilat (حرف العلة) atau huruf penyakit.
2. Huruf ma’ani (حرف معاني)
Adalah huruf-huruf yang mempunyai arti
Contoh :
أو atau
و dan
ثُمَّ kemudian
اِذَا ketika
ل milik
Jenis-jenis huruf ma’ani bermacam-macam diantaranya :
a. Huruf jar (حرف جار) yang telah kita bahas pada pelajaran kedua.
b. Huruf qosam (حرف قسم) atau disebut juga huruf sumpah. Huruf qosam ada tiga, yakni و ت ب
Contoh :
وَاللهِ – بِاللهِ – تَاللهِ(demi Allah)
Namun, dari ketiga huruf sumpah di atas, huruf ت hanya boleh digunakan untuk sumpah atas nama Allah ta’ala, adapun huruf yang lainnya boleh digunakan untuk selain nama Allah ta’ala.
c. Huruf athof (حرف العطف)
Adalah huruf yang digunakan untuk menggabungkan dua kata.
Contoh :
و (dan) misal جَاءَ مُحَُّمَدٌ وَ حَسَنَ (Muhammad dan Hasan datang)
أو(atau) misal ضَرَبَ حَسَنٌ كلَْبًا اَوْ قِطًا (Hasan memukul anjing atau kucing)
ثم (kemudian) misal مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ (atas kehendak Allah kemudian kehendakmu)
Dari penjelasan di atas, kita tahu bahwa ada huruf yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan letak dan kedudukan dalam kalimat, seperti huruf و , disisi lain ia bisa sebagai huruf athof dan disisi lain dia bisa menjadi huruf qosam. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari arti atau kontek kalimat yang digunakan.
Masih banyak lagi jenis huruf yang akan disebutkan pada pelajaran berikutnya.
Isim dhomir (اسم ضمير)
Merupakan isim yang digunakan sebagai kata ganti, diantaranya:
هُوَ (dia 1 org lk) هُمَا (dia 2 org lk) هُمْ (mereka lk) لِلْغَائِبِِ (KG 3 LK)
هِيَ (dia 1 org pr) هُمَا (dia 2 org pr) هُنَّ (mereka pr) لِلْغَائِبَةِ (KG 3 PR)
أَ نْتَ (kamu 1 org lk أَنْتُمَا (kamu 2 org lk) أنْتُمْ (kalian lk) لِلْمُخَاطَبِ (KG 2 LK)
أَنْتِ (kamu 1 org pr) أَنْتُمَا (kamu 2 org pr) أَنْتُنَّ (kalian pr)لِلْمُخَاطَبَةِ (KG 2 PR)
أَنَا (saya) نَحْنُ (kami) لِلْمُتَكَلِّمِ (KG1)
Namun, jika isim dhomir bergandengan dengan isim yang lain, maka bentuknya seperti dibawah ini :
ه هُمَا هُمْ لِلْغَائِبِِ
ها هُمَا هُنَّ لِلْغَائِبَةِ
كَ كُمَا كُمْ لِلْمُخَاطَبِ
كِ كُمَا كُنَّ لِلْمُخَاطَبَةِ
ي نا لِلْمُتَكَلِّمِ
Contoh :
رَبُّكَ Tuhanmu
كِتَابِي Kitabku
كِتَابُنَا Kitab Kami
Dari hal ini, ketika berdoa dihadapan orang banyak, seperti doa di akhir khutbah jum’at, hendaknya menggunakan kata نا bukan ي dalam berdoa, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh para khotib, seperti membaca doa
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَي الدِّيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku pada agamamu)
Padahal seharusnya, ketika dibaca dihadapan orang banyak, harus dibaca dengan kalimat
يَ ا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَي الدِّيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami pada agamamu)
Soal latihan
Tentukan isim, fi’il dan huruf dari hadist berikut :
رَأَيْتُ رَجُلَيْنِ يَقُوْمَانِ أَمَامَ الْمَسْجِدِ. ثُمَّ دَخَلَا وَ صَلَّيَا جَالِسَيْنِ. قُلْتُ لَهُمَا بَعْدَ الصَّلَاةِ:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا. وَقَالَ تَعَالَى:إِنّ
أَ كْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ. كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: جُعِلَتْ لِيَ
ا لْأَرْضُ طَهُوْرًا وَ مَسْجِدًا
اَلضَّمِيْرُ
(Kata Ganti
Orang)
Dhomir Munfashil adalah dhomir yang penulisannya terpisah dengan kata yang lain.
هُوَ Dia (Seorang laki-laki)
هُمَا Mereka (Dua orang laki-laki/perempuan)
هُمْ Mereka (
أَنْتَ Kamu (Seorang laki-laki)
أنْتُمْ Kalian (
dst..
Contoh:
هُوَ أُسْتاَذٌ (Dia adalah seorang Ustadz)
أَنَا مسْلِمٌ (Aku adalah seorang muslim)
B. Dhomir Muttashil
Dhomir Muttashil adalah dhomir yang penulisannya bersambung dengan kata yang lain.
كِتَابُهُ Bukunya (Buku milik laki-laki itu)
كِتَابُهُنَّ Buku mereka (Buku milik para perempuan itu)
كِتَابُُنَا Buku kami
dst..
C. Dhomir Mustatir
Dhomir Mustatir adalah dhomir yang tidak tertulis dalam kalimat akan tetapi tersembunyi dalam suatu kata.
Diantara
keistimewaan bahasa arab adalah kaya akan kata-kata, misalkan pada dhomir (kata
ganti). Berbeda dengan bahasa Indonesia yang hanya memiliki 7 kata ganti (dia,
kamu, kalian, mereka, kami, kita, dan saya)), di dalam bahasa Arab kata
gantinya ada 12. Antara kata ganti untuk dua orang dengan lebih dari dua orang
dibedakan di dalam bahasa Arab, tidak terdapat pada bahasa Indonesia bahkan
pada bahasa Inggris (read : Bahasa Internasional).
Di antara keistimewaan bahasa arab juga adalah singkat dan padat, misalnya, jika kita ingin mengungkapkan "dia sedang menulis", maka cukup dengan menggunakan kalimat yaktubu dan ini sekaligus menunjukkan bahwa yang sedang menulis itu adalah seorang laki-laki, adapun jika yang menulisnya itu seorang perempuan, maka kita gunakan kalimat taktubu saja. Singkat dan padat. Dan banyak lagi keunggulan bahasa arab di atas bahasa lain.
Pada pelajaran kali ini, kita akan membahas tentang tentang dhomir, fi'il madhi, fi'il mudhori'.
Berikut penjelasannya:
Dhomir = kata ganti, seperti dia, kamu, mereka, dll.
Fi'il Madhi = kata kerja lampau, bermakna telah.
Fi'il Mudhori' = kata kerja sekarang atau yang akan datang
Di antara keistimewaan bahasa arab juga adalah singkat dan padat, misalnya, jika kita ingin mengungkapkan "dia sedang menulis", maka cukup dengan menggunakan kalimat yaktubu dan ini sekaligus menunjukkan bahwa yang sedang menulis itu adalah seorang laki-laki, adapun jika yang menulisnya itu seorang perempuan, maka kita gunakan kalimat taktubu saja. Singkat dan padat. Dan banyak lagi keunggulan bahasa arab di atas bahasa lain.
Pada pelajaran kali ini, kita akan membahas tentang tentang dhomir, fi'il madhi, fi'il mudhori'.
Berikut penjelasannya:
Dhomir = kata ganti, seperti dia, kamu, mereka, dll.
Fi'il Madhi = kata kerja lampau, bermakna telah.
Fi'il Mudhori' = kata kerja sekarang atau yang akan datang
Tabel 1 : Dhomir, Fi'il Madhi, dan Fi'il
Mudhori'
Keterangan:
- Kolom paling kanan menunjukkan dhomir dalam keadaan rofa'.
- Kemudian di sebelahnya ada kolom "arti" yang merupakan arti dari masing-masing dhomir.
هُوَ (huwa) = Dia (1 lk)
هُمَا (huma) = Mereka (2 lk)
هُمْ (hum) = Mereka (> 2 lk)
هِيَ (hiya) = Dia (1 pr)
dst...
- Kolom
berikutnya (nomor 2 dari kanan) adalah fi'il madhi dari masing-masing
dhomir.
Karena arti kata fa'ala = melakukan, maka:
فَعَلَ (fa'ala) = dia (1 lk) telah melakukan
فَعَلاَ (fa'alaa) = mereka (2 lk) telah melakukan
فَعَلوُاْ (fa'aluu) = mereka (>2 lk) telah melakukan
فَعَلَتْ (fa'alat) = dia (1 pr) telah melakukan
dst...
فَعَلاَ (fa'alaa) = mereka (2 lk) telah melakukan
فَعَلوُاْ (fa'aluu) = mereka (>2 lk) telah melakukan
فَعَلَتْ (fa'alat) = dia (1 pr) telah melakukan
dst...
- Kolom paling kanan menunjukkan fi'il mudhori' dari masing-masing dhomir.
ُيَفْعَلَ (yaf'alu) = dia (1 lk) sedang/akan melakukan
يَفْعَلاَنِ (yaf'alaani) = mereka (2 lk) sedang/akan melakukan
يَفْعَلوُنَ (yaf'aluuna) = mereka (>2 lk) sedang/akan melakukan
تَفَعَلُ (taf'alu) = dia (1 pr) sedang/akan melakukan
dst...
يَفْعَلاَنِ (yaf'alaani) = mereka (2 lk) sedang/akan melakukan
يَفْعَلوُنَ (yaf'aluuna) = mereka (>2 lk) sedang/akan melakukan
تَفَعَلُ (taf'alu) = dia (1 pr) sedang/akan melakukan
dst...
Hafalkan tabel 1 di atas secara berurutan (dari atas ke bawah) berserta artinya, tentunya dengan cara Anda sendiri
Catatan 1:
Fi'il madhi memiliki banyak pola (wazan), diantaranya adalah fi'il tsulasi mujarrod (fi'il yang tersusun dari tiga huruf).
Fi'il madhi tsulasi mujarrod ini memiliki 6 macam pola, yaitu:
- Fa'ala - yaf'alu (seperti pada contoh di atas)
- Fa'ala - yaf'ulu
- Fa'ala - yaf'ilu
- Fa'ila - yaf'alu
- Fa'ila - yaf'ilu
- Fa'ula - yaf'ulu
Perhatikan bahwa fi'il madhi yang berpola fa'ala memiliki tiga kemungkinan fi'il mudhori' (yaitu yaf'alu, yaf'ulu, dan yaf'ilu). Fi'il madhi yang berpola fa'ila memiliki dua kemungkinan fi'il mudhori' (yaitu yaf'alu dan yaf'ilu).
Sementara fi'il madhi yang berpola fa'ula hanya memiliki satu kemungkinan fi'il mudhori' (yaitu yaf'ulu).
Misalkan kata "kataba" كَتَبَ yang berpola fa'ala, ada 3 kemungkinan fi'il mudhori', yaitu yaktabu, yaktubu, atau yaktibu. Mana yang benar?
Jawabannya: yaktubu.
Sementara kata "fataha" فَـتَحَ fi'il mudhori'nya yaftahu. Kenapa tidak yaftuhu? Padahal sama-sama berpola fa'ala seperti kata "kataba". Jawabanya: karena di kamus seperti itu.
Adapun kata "hasuna" حَسُنََ fi'il mudhori'nya pasti yahsunu, karena pola fa'ula hanya memiliki satu kemungkinan, yaitu yaf'ulu.
Catatan 2
Selain fi'il tsulasi mujarrod, ada lagi fi'il tsulasi maziid, yaitu pola fa''ala, faa'ala, af'ala, ifta'ala, infa'la, tafaa'ala, tafa''ala, if'alla, istaf'ala, if'au'ala, if'awwala, dan if'aalla.
Masing-masing memiliki pola fi'il mudhori' tersendiri. Pada pelajaran shorof 2 ini, kita batasi pembahasan fi'il hanya fi'il tsulatsi mujarrod saja.
Catatan 3 (penting!)
Tabel di atas itu adalah contoh dari fi'il
tsulatsi mujarrod yang berpola fa'ala - yaf'alu. Jika pola fi'ilnya fa'ila
- yaf'alu, maka tinggal mengganti harokat tengahnya, misalnya kata سَمِعَ - يَسْمَعُ (sami'a
- yasma'u) = mendengar,
cara mentasrif fi'il madhinya:
cara mentasrif fi'il madhinya:
سَمِعَ (sami'a) = dia (1 lk) telah mendengar
سَمِعاَ (sami'aa) = mereka (2 lk) telah mendengar
سَمِعُوا (sami'uu) = mereka (> 2 lk) telah mendengar
سَمِعَتْ (sami'at) = dia (1 pr) telah mendengar
سَمِعَـتَا (sami'ataa) = mereka (2 pr) telah mendengar
سَمِعْنَ (sami'na) = mereka (> 2 pr) telah mendengar
سَمِعْتَ (sami'ta) = kamu (1 lk) telah mendengar
سَمِعْـتُـمَا (sami'tumaa) = kalian (2 lk) telah mendengar
سَمِعْـتُـمْ (sami'tum) = kalian (> 2 lk) telah mendengar
سَمِـعْـتِ (sami'ati) = kamu (1 pr) telah mendengar
سَمِـعْـتُـمَا (sami'tumaa) = kalian (2 pr) telah mendengar
سَمِعْــتُـنَّ (sami'tunna) = kalian (> 2 pr) telah mendengar
سَمِعْـتُ (sami'tu) = saya telah mendengar
سَمِـعْناَ (sami'naa) = kami/kita telah mendengar
cara mentasrif fi'il mudhori'nya:
يَسْمَعُ (yasma'u) = dia (1 lk) sedang/akan mendengar
يَسْمَعَانِ (yasma'aani) = mereka (2 lk) sedang/akan mendengar
يَسْمَعُونَ (yasma'uuna) = mereka (>2 lk) sedang/akan mendengar
تَسْمَعُ (tasma'u) = dia (1 pr) sedang/akan mendengar
تَسْمَعانِ (tasma'aani) = mereka (2 pr) sedang/akan mendengar
يَسْمَعْنَ (yasma'na) = mereka (> 2 pr) sedang/akan mendengar
تَسْمَعُ (tasma'u) = kamu (1 lk) sedang/akan mendengar
تَسْمَعَانِ (tasma'aani) = kalian (2 lk) sedang/akan mendengar
تَسْمَعُونَ (tasma'uuna) = kalian (> 2 lk) sedang/akan mendengar
تَسْمَعِينَ (tasma'iina) = kamu (1 pr) sedang/akan mendengar
تَسْمَعانِ (tasma'aani) = kalian (2 pr) sedang/akan mendengar
تَسْمَعْنَ (tasma'na) = kalian (> 2 pr) sedang/akan mendengar
أسْمَعُ (asma'u) = saya sedang/akan mendengar
نَسْمَعُ (nasma'u) = kami/kita sedang/akan mendengar
Tabel 2 di bawah ini merupakan contoh-contoh fi'il madhi dengan mudhori'nya yang berpola fa’ula – yaf’ulu, fa’ila – yaf’alu, fa’ala – yaf’ulu, fa’ala – yaf’alu
0 komentar:
Posting Komentar