Gempa dan Tsunami
Beberepa tahun belakangan ini, khususnya sejak
Desember 2004 lima tahun silam; saat tsunami menerjang kawasan Barat Indonesia,
khususnya wilayah Nanggro Aceh Darussalam, kita semakin sering melihat dan
menyaksikan berbagai peristiwa besar yang menimpa negeri ini, dan terakhir
gempa dengan kekuatan 7.8 SR mengguncang wilayah Sumatera, khususnya kota
Padang dan Padang Pariaman.
Peristiwa-peristiwa
besar (bencana alam) itu bahkan juga menimpa hampir semua kawasan di atas bumi
ini, tak terkecuali Negara-negara maju teknologi seperti Jepang, Taiwan, Cina,
Eropa, Amerika dan sebabagainya.
Berbagai
bencana alam seperti, gempa bumi, banjir besar, tsunami, berbagai penyakit yang
mewabah dan bahkan di berbagai kawasan Amerika malah angin topan dan badai,
seakan telah menjadi tontonan biasa.
Yang lebih
menyedihkan lagi ialah, semua peristiwa besar tersebut dipandang bagaikan
peristiwa yang terjadi begitu saja, tanpa ada kaitannya dengan kehendak Tuhan
Maha Pencipat alam ini, yakni Allah Ta’ala dan tanpa ada kaitannya dengan
pembangjangan manusia terhadap Allah Tuhan Pencipta mereka.
Hal tersebut
dapat kita lihat ungkapan dan opini yang berkembang dalam masyarakat yang
mengandung semangat melawan bencana-bencana besr tersebut dengan cara membangun
rumah dan gedung anti gempa, teknologi pendeteksi tsunami, kanal-kanal raksasa
pengendali banjir, hujan buatan untuk mengatasi kekeringan, menciptakan vaksin
anti berba gai virus yang menyebar di berbagai penjuru dunia dan sebagainya.
Apa yang
diberitakan, didiskusiakan dan dilakukan sama sekali tidak mencerminkan
hubungan semua peristiwa itu dengan Allah Rabbul Alamin.
Cara Pandang
Manusia Terhadap bencana Alam
Kalau kita
mentadabburkan ayat-ayat Al-Qura’an terkait bencana alam yang menimpa berbagai
umat sebelum kita, sejak zaman nabi Nuh, Ibrahim, Luth, Syu’aib, Sholeh, Musa
dan sebagainya, kita akan menemukan dua cara pandang manusia terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi di atas bumi ini.
Pertama,
cara pandang orang-orang kafir dan ingkar pada Allah dan Rasul-Nya. Cara
pandang orang-orang yang sombong pada Allah dan tidak mengenal Tuhan Pencipta
alam yang sebenarnya. Cara pandang orang-orang sekular yang tidak mampu melihat
kaitan antara Tuhan dengan hamba, antara agama dengan kehidupan dan antara dunia
dan akhirat.
Manusia
semacam ini adalah manusia yang tidak pernah mau dan tidak mampu menjadikan
berbagai peristiwa alam tersebut sebagai pelajaran dan sebagai bukti kekuasaan
dan kebesaran Allah. Mereka bukannya mengoreksi diri dan kembali kepada Allah,
melaikan semakin bertambah kesombongan dan pembangkangan mereka pada Allah dan
Rasul-Nya. Hal seperti ini dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an, dii antaranya
dalam surat Ghafir / 40 : 21 – 27 :
أَوَلَمْ
يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا
مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا هُمْ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَآَثَارًا فِي الْأَرْضِ
فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ
(21) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَكَفَرُوا
فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ إِنَّهُ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ (22) وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآَيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (23) إِلَى فِرْعَوْنَ
وَهَامَانَ وَقَارُونَ فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ (24) فَلَمَّا جَاءَهُمْ
بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوا أَبْنَاءَ الَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ
وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ وَمَا كَيْدُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ (25)
وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ
أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ (26)
وَقَالَ مُوسَى إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَا
يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ (27)
"Dan apakah mereka tidak
mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan
orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya
daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi maka Allah
mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang
pelindung dari azab Allah" (21)
Yang demikian itu adalah karena
telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang
nyata lalu mereka kafir; maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat
lagi Maha Keras hukuman-Nya (22)
Dan sesungguhnya telah Kami utus
Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata,(23) kepada
Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: "(Ia) adalah seorang ahli
sihir yang pendusta."(24)
Maka tatkala Musa datang kepada
mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata: "Bunuhlah anak-anak
orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita
mereka." Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia
(belaka) (25)
Dan berkata Fir'aun (kepada
pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia
memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar
agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi."(26) Dan Musa berkata:
"Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang
yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab."(27)
(Q.S. Ghafir : 21 -27)
Kedua, cara
pandang orang-orang beriman kepada Allah dan para Rasulnya. Apa saja peristiwa
alam yang terjadi mereka kembalikan semuanya kepada kehendak dan kekusaan
Allah, mereka hadapi dengan hati yang penuh iman, tawakakal, sabar dan tabah
sert amereka lihat sebagai sebuah ujian dan musibah untuk menguji kualitas
keimanan dan kesabaran mereka, atau bisa jiag sebagai teguran Allah atas
kelalaian dan dosa yang mereka lakukan.
Selain itu,
semua peristiwa yang menimpa manusai mereka jadikan sebagai momentum terbaik
untuk mengoreksi diri (taubat) agar lebih dekat kepada Allah dan sistem Allah
dan Rasul-Nya. Pada saat yang sama merekapun meninggalkan larangan-larangan
Allah dan Rasul-Nya.
Mereka
adalah orang-orang yang sukses dalam beriteraski dengan alam dan dalam
menghadapi berbagai ujian dan cobaan semasa hidup di dunia dan juga di akhirat
kelak. Allah menjelasakannya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 155 – 157 :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ
مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
(157)
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(155)
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (seusngguhnya kami milik Allah
dan sesunnguhnya kami sedang menuju kemabali kepada-Nya) (156) Mereka itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157) (Q.S. Al-Baqoroh / 2 : 155
-157)
Penyebab
Terjadinya Musibah
Al-Qur’an
dengan tegas menjelasakan bawa sebab utama terjadinya semua peristiwa di atas
bumi ini, apakah gempa bumi, banjir, kekeringan, tsunami, penyakit tha’un
(mewabah) dan sebagainya disebabkan ualah manusia itu sendiri, baik yang
terkait dengan pelanggaran sisitem Allah yang ada di laut dan di darat, maupun
yang terkait dengan sistem nilai dan keimanan yang telah Allah tetapkan bagi
hambanya.Semua pelanggaran tersebut (pelanggaran sunnatullah di alam semesta
dan pelanggaran syariat Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya,
termasuk Nabi Muhammad Saw), akan mengakibatkan kemurkaan Allah. Kemurkaan Allah
tersebut direalisasikan dengan berbagai peristiwa seperti gempa bumi, tsunami
dan seterusnya.
Semakin
besar pelanggaran manusia atas sistem dan syariat Allah, semakin besar pula
peristiwa alam yang Allah timpakan pada mereka. Allah menjelaskan dalam
Al-Qur’an :
فَكُلًّا
أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ
مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ
مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا
أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (40)
Maka masing-masing (mereka itu) Kami
siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan
kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras
yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan
di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri.(Q.S. Al-Ankabut / 29 : 40)
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (41)
Telah nampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).(Q.S. Ar-Rum / 30 : 41)
Melalui
ayat-ayat Al-Qur’an tersebut jelaslah bagi kita bahwa :
- Semua peristiwa dan bencana
yang kita saksikan di atas bumi dan alam semesta ini tidak ada yang terjadi
begitu saja dengan sendirinya, melaikan sesuai kehendak dan ketentuan
Tuhan Penciptanya, yakni Allah Ta’ala.
- Berbagai persitiwa dan bencana
itu disebabkan kedurahakaan dan kesombongan manusia terhadap Allah dan
syari’at Allah serta berbagai dosa-dosa yang mereka lakukan. Lalu Allah
menurunkan berbagai azab atas mereka.
- Orang-orang kafir, sombong dan
ingkar pada Allah dan Rasul-Nya melihat berbagai peristiwa tersebut murni
hanya sebagai peristiwa alam yang terlepas dari kehendak dan sekenario Allah.
Mereka tidak dapat mlihatnya sebagai sebuah azab, teguran atau cobaan.
Melaikan hanya menambah kesombongan dan kekufiran kepada Allah. Sikap yang
mereka kembangkan juga seakan melawan kehendak Alla. Namun sayang,
sepanjang perjalanan umat manusia, belum ada satupun manusia yang mampu
mengalahkan dan melawan kehendak Allah, kendati Fir’au yang begitu hebat
memiliki semuak kekuatan saat berkuasa, namun tenggelam juga di laut merah
dan bangkai dapat kita saksikan sekarang di sebuah useum di Mesir. Demiakian
juga dengan Negara-negara maju teknolohi hari ini seperti jepang, Eropa
dan Amerika. Belum pernah mereka mampu menahan gempa bumi, tsunami dan
berbagai bencana yang Allah turunkan di negeri mereka. Semuanya lemah dan
tak berdaya di hapadan kehendak Allah.
- Sebaliknya, orang-orang beriman
akan melihat semua peristiwa yang terjadi merupakan ujian dan teguran dari
Allah. Mereka akan segera kembali dan bertaubat pada Allah. Semakin taat
pada aturan Allah, baik yang terkait dengan sunnatullah maupun syari’at
Allah.
- Sistem Allah terkait dengan
imbalan (pahala) dan hukuman (punishment) bukan hanya terjadi di akhirat,
melainkan sudah Allah terapkan sejak kita hidup di dunia. Setiap kebaikan
yang dibangun di atas dasar iman pada Allah dan ketaatan pada-Nya dan Rasul-Nya
akan berakibat keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.
Sebaliknya, setiap pelanggaran sistem Allah yang terkait dengan keimana,
syari’ah, akhlak, sunnatullah dan sebabgainya akn berakibat kepada tidakan
Allah melalui berbagai bencana yang Allah timpakan kepada manusia. Mari
kita renungkan firman Allah berikut ini :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ
يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ
الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98) أَفَأَمِنُوا
مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
(99)
Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka menolak (ayat-ayat Kami) itu,
maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(96) Maka apakah penduduk
negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di
malam hari di waktu mereka sedang tidur?(97) Atau apakah penduduk negeri-negeri
itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari
sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?(98) Maka apakah mereka merasa
aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab
Allah kecuali orang-orang yang merugi.(99) (Q.S. Al-A’raf / 7 : 96 – 99)
0 komentar:
Posting Komentar