Senin, 11 November 2013

Upaya Global Diperlukan Guna Melindungi Bumi dari Serangan Asteroid

Para anggota PBB bertemu dengan astronaut dan kosmonaut terkemuka pada pekan ini di New York untuk mulai mengimplementasikan rencana darurat internasional pertama untuk melindungi Bumi dari bencana hantaman asteroid. 


Enam penjelajah antariksa yang terlibat dalam diskusi PBB tersebut membahas upaya pertahanan asteroid pada Jumat (25 Oktober) dalam sebuah konferensi pers yang dipandu pakar astrofisika Neil deGrase Tyson di American Museum of Natural History. Tujuan mereka: mengatasi ancaman sangat nyata yang ditimbulkan objek dekat Bumi (near-Earth object atau NEO), atau asteroid yang berkeliaran di dalam radius orbit Bumi dengan matahari. Anda dapat melihat video diskusi tersebut di sini.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa ada sekitar satu juta asteroid dekat Bumi yang berpotensi menimbulkan ancaman bagi Bumi, namun hanya sebagian kecil dari objek tersebut yang dapat terdeteksi teleskop. Ada sekitar 100 kali lipat lebih banyak asteroid yang berkeliaran di antariksa dibandingkan dengan jumlah yang pernah ditemukan, kata Edward Lu, seorang mantan astronaut NASA dan salah satu pendiri kelompok nirlaba B612 Foundation yang merupakan penasihat strategi pertahanan asteroid. “Tantangan kami adalah untuk menemukan asteroid tersebut terlebih dahulu, sebelum benda itu menghantam kita,” ujar Lu. 

Untuk membantu mencapai tujuan ini, Lu turut mendirikan sebuah organisasi yang disebut B612 Foundation pada 2002. Saat ini, kelompok tersebut mengembangkan pembangunan teleskop inframerah antariksa secara swasta – yang dinamakan Sentinel Space Telescope – dengan tujuan utama menemukan asteroid yang mengancam. Yayasan ini berharap untuk meluncurkan teleskop itu pada 2018.  

Teleskop Sentinel akan membantu badan-badan antariksa mengidentifikasi ancaman objek-objek yang dekat dengan Bumi beberapa tahun sebelum mereka menghantam Bumi, memberikan badan-badan antariksa dan pemerintah waktu yang cukup untuk bertindak, tutur Lu dan koleganya. Tindakan semacam itu diikuti dengan mengirimkan sebuah kapal luar angkasa – atau beberapa kapal luar angkasa, bergantung ukuran batu antariksa tersebut – menuju asteroid, tentu saja, dengan tujuan untuk menghancurkannya.

Teknologi dan pendanaan untuk mengubah arah laju asteroid dengan cara ini sudah ada sebelumnya, seperti dijelaskan panel tersebut, namun Association of Space Explorers, sebuah kelompok yang meliputi astronaut yang masih aktif dan sudah pensiun, memutuskan untuk melibatkan PBB dalam upaya pengambilan keputusannya guna menghindari tindakan yang dianggap menyimpang secara nasional dalam kondisi darurat. 

“Pertanyaannya adalah, ke mana Anda akan mengalihkannya (asteroid)?” ujar mantan astronaut NASA dan salah satu pendiri B612 Russell Schweickart dalam konferensi pers tersebut. “Jika ada sesuatu yang salah di tengah upaya defleksi, Anda bisa menimbulkan kekacauan di negara lainnya yang sebelumnya tidak berisiko. Dan, oleh karena itu, keputusan hal yang perlu dilakukan, bagaimana melakukannya, dan sistem apa yang dapat digunakan harus dikoordinasikan secara internasional. Itulah alasan kita membawa hal ini ke PBB.”

Panel itu berharap bahwa diskusi dengan PBB pada pekan ini – yang merupakan lanjutan dari diskusi pada 2008, saat panel tersebut mempresentasikan kepada PBB dengan rancangan awal dari sebuah laporan berjudul “Asteroid Threats: A Call for Global Response” – akan meningkatkan kesadaran publik terhadap ancaman tersebut dengan mudah, dan mendorong para pembuat kebijakan untuk membuat rencana dan menunjuk pemimpin untuk menangani ancaman dalam waktu yang tepat.

Ledakan dari asteroid seukuran truk di Chelyabinsk,Rusia, pada Februari lalu - yang menghancurkan jendela di seluruh kota tersebut dan melukai lebih dari 1000 orang – membantu menarik perhatian publik atas hal yang menurut para panelis merupakan ancaman terhadap planet ini yang sering kali diabaikan dan kurang diperhatikan.

“Hal tersebut menyebabkan perbedaan pada pembuat kebijakan yang menyadari bahwa ini bukan sekadar konsep fiksi ilmiah, atau sesuatu yang akan terjadi dalam 100 atau 500 tahun di masa mendatang,” kata Thomas Jones, mantan astronaut NASA dan ilmuwan peneliti senior di Florida Institute for Human and Machine Cognition, kepada SPACE.com dalam konferensi pers tersebut. “Fakta bahwa hal itu terjadi saat ini, saya pikir, membuktikan kenyataan tersebut.”
  
Rekomendasi yang dipresentasikan kelompok itu kepada PBB pada pekan ini memberikan sebuah uraian tentang langkah yang dapat diterapkan oleh pemerintah dalam kondisi darurat. Namun, detail rekomendasi tersebut masih sedang dalam pengerjaan, ujar Schweickart.

0 komentar:

Posting Komentar